September 29, 2014

Jatuh Cinta

Bagi warga yang tinggal di luar Jakarta dan mencari nafkah di Jakarta sangat familiar dengan transportasi umum yang satu ini. Kereta Rel Listrik atau biasa disingkat menjadi KRL. KRL melayani rute Bogor-Jakarta (PP), Bekasi-Jakarta (PP), Serpong-Jakarta (PP), semua kalau disingkat menjadi PP-PP-PP, Pergi Pagi-Pulang Petang-Penghasilan Puluhan juta. Amiin.


Begitu juga dengan saya, pengguna KRL rute Bogor-Jakarta. Teman sekantor yang dari Bogor juga banyak, walaupun pergi jarang barengan. Tapi kalau pulang selalu bareng, jadi seru selama perjalanan. Ramai. Ngobrol, tahu-tahu sudah sampai Bogor. Disinilah saya ditemukan oleh jodoh saya. Teman kantor mengenalkan saya dengan teman baiknya. Iya, seperti film FTV yang sering ada di televisi. Kadang geli juga kalau mengingat-ingat kembali. Pepatah jawa mengatakan "witing tresno, jalaran soko kulino" yang artinya "Cinta tumbuh karena sering terbiasa".

Berawal dari dia yang sering nebeng motor saya ketika berangkat kerja. Kebetulan dari kosan saya menuju stasiun selalu lewat jalur rumah dia. Antara dia yang sengaja ingin bareng saya atau saya yang selalu dan sengaja lewat jalur rumah dia ketika menuju stasiun. OK, mungkin ini agak sedikit pembelaan karena tidak mau dianggap mulai suka duluan.

Dilanjutkan dengan sering pulang bareng walau teman saya tidak pernah ikut pulang bareng. Mungkin disini teman saya itu ada modus agar saya bisa menjadi lebih dekat dengan teman baiknya. Ah, ini hanya tebak-tebakan tak berhadiah saya saja. Selama perjalanan pergi atau pulang kerja rasanya nikmat banget. Kalau kata orang-orang, gerbong kereta hanya milik berdua, yang lain hanya manekin hehe. Setelah berpacaran kurang lebih 1 tahunan, kita memutuskan untuk menikah.

Penentuan tanggal menikah pun tak menggunakan hitungan tanggal Jawa (kebetulan saya dari Jawa). Tanggal menikah ditentukan kapan gedung yang kita sewa kosong atau available.

Witing tresno, jalaran soko kulino  sejauh ini selalu diidentikan dengan urusan percintaan. Padahal tidak selalu, bisa saja terjadi dalam hal lain. Seperti yang saya alami ketika akan kuliah dan bekerja. Hidup itu memang penuh dengan pilihan dan hidup itu harus memilih. Pilihan akan menentukan apa yang akan kita dapatkan kelak.

Saat akan memasuki kuliah, saya dihadapkan pada pilihan dalam memilih jurusan. Saya memilih jurusan Agricultural Engineering, dimana jurusan ini bobot mata kuliahnya lebih kepada Fisika dan turunannya. Sempat hampir putus asa karena ketika SMA saya lemah di pelajaran Fisika, saat kuliah harus bertemu selama 4 tahun dengan Fisika. Mantra witing tresno, jalaran soko kulino ditambah niat yang ikhlas untuk menjalani dan menyelesaikan apa yang sudah saya pilih. Akhirnya gelar sarjana berhasil saya bawa pulang. Fisika tidak selamanya mengerikan. Bahkan diluar dugaan untuk mata kuliah Fisika Dasar saya mendapat nilai B. Tidak sempurna seperti nilai A memang, tapi setidaknya pelajaran yang saya anggap saya lemah di dalamnya ternyata menyimpan kekuatan yang luar biasa. Bahkan saya berhasil menyelsaikan kuliah tepat waktu. Jurusan yang saya anggap, saya akan lama menyelesaikannya ternyata bisa diselesaikan dengan baik.

Sekarang saya bekerja jauh dari bidang Agricultural, jauh dari kata pertanian. Diawal-awal kelulusan, saat masih hangat menyandang gelar sarjana. Idealisme harus bekerja di bidang pertanian sangat tinggi sampai pada akhirnya rontok juga. Perusahaan atau instansi di bidang pertanian yang saya lamar, kebanyakan menolak. Malah sebaliknya, perusahaan non-pertanian banyak yang menawarkan pekerjaan. Hampir 4 tahun bekrja di bidang non-pertanian membuat saya menggunakan kembali mantra witing tresno, jalaran soko kulino. Saat ini saya mencintai pekerjaan saya dan saya berharap suatu hari saya bisa mengembangkan pertanian di sekitar lingkungan tempat tinggal saya.




September 23, 2014

Kepalang Tanggung

"Bro, salah jalan nih kita! seharusnya belok kanan, bukan belok kiri.."

" Ya udah lah, ntar di depan kita puter balik. Udah kepalang tanggung sampe sini.."

Sering banget nih gw denger kata seperti itu, kepalang tanggung. Menurut wiktionary artinya adalah setengah-setengah. Sama seperti gw yang sekarang kebetulan bekerja di dunia lain periklanan. Dengan latar belakang pendidikan gw yang jauh banget dari kata nyambung. Gw aslinya adalah lulusan Agricultural Engineering, keren kan namanya!? Tapi ilmunya gak kepake bro di tempat kerja gw. Kerja gw lebih mengandalkan analisa dan prediksi. Mungkin sebaiknya waktu kuliah gw ambil jurusan MK, Mahkamah Agung? Bukan. Menafsir dan Kiranologi, hehe..


Udah kepalang tanggung, udah hampir 4 tahun gw kerja di bidang ini gw harus menikmati. Semakin lama semakin asyik. Asyiknya tergantung juga.., tergantungnya banyak banget. Pertama dari lingkungan kerja, ini penting banget. Lingkungan kerja gak kondusif dan gak nyaman, sampe lo jompo juga gak akan produktif dan hasil kerja lo cenderung menurun atau malah stuck! Faktor lainnya adalah klien, hahaha..ini sangat krusial. Namanya bekerja di bidang jasa dan melayani, punya klien yang ribet dan banyak maunya tetapi budget yang minim. Membuat lo seperti kerja rodi. Yes bro! kerja rodi jaman modern, haha. Tetapi klo punya klien yang budgetnya melimpah ruah yang uangnya tak berseri, mau minta apa dan gimana hayuk aja..haha.


Mencoba untuk keluar dari jeratan pekerjaan periklanan, selalu gagal. Interview ke perkebunan, hati kecil gw belum siap untuk ditempatkan di tengah kebun. Mencoba peruntungan menjadi abdi negara juga sama. Jawabannya selalu maaf anda belum berhasil. Menjadi abdi negara bukan karena pekerjaannya yang kata orang santai, tapi gw ngincer kesempatan untuk mendapatkan scholarship to abroad. Peluang dan kesempatannya lebih terlihat walaupun kecil dibandingkan bekerja non abdi negara.


Tahun ini udah nyoba daftar sebagai calon abdi negara. Tapi belum rejeki lagi. Gw tidak lolos verifikasi adminsitrasi. See you on next year..! ^_^

September 8, 2014

We are Family

Lebaran tahun ini sungguh terasa berbeda. Kenapa? karena gw pulang kampung bawa anak istri sekaligus memperkenalkan keluarga kecil gw ke keluarga besar gw. Lebaran 2014 adalah lebaran pertama buat gw pulang kampung dengan membawa title seorang ayah dan seorang suami. Pulang kampung dengan resmi menyematkan bokap dan nyokap menjadi Mbah Kakung dan Mbah Uti. Anak gw adalah cucu pertama bagi mereka.

  
Benzema with Mbah Kung dan Mbah Uti

Lebaran pertama, sepatunya takut hilang ya Nak?! ^_^

Benzema ulang tahun..!!
Bersama Mbah Uyut
We are family ^_^
Mbah Uyut ini umurnya udah sepuh banget. Tapi staminanya, joss tenaaan.. gw aja cuma bisa geleng-geleng kepala. Udah umur segitu, masih aja ngerokok, tapi staminanya tetep jawara.

Gak sabar untuk lebaran lagi, mudik lagi dan membawa cerita berbeda yang lebih menyenangkan. Mungkin tahun depan adek gw yang pulang bawa keluarga kecilnya *hehehe*